Seringkali seseorang merasa
dunianya sempit sehingga ia ingin menjerit. Menjerit sekuat tenaga. Kritik dan
saran yang membangun itu boleh saja. Bahkan justru harus dilakukan sebagai
evaluasi. Namun ada banyak orang yang tidak tahan kritik sehingga ia down dan
depresi. Apalagi jika ini berkaitan dengan karakater yang melekat pada dirinya.
Karakater seseorang ada yang bisa diubah dan ada yang tidak bisa diubah. Berkaitan
dengan cara bersikap lebihnya.Semua berkenaan dengan proses belajar dan
penyesuaian diri. Seringkali diluar, orang tidak memahaminya. Mereka hanya
menginginkan sosok dihadapan mereka adalah sosok yang ideal. Ramah, baik,
perhatian, profesial, apa yang menguntungkan di mata orang lain tentunya. Padahal
jika berkaitan dengan akhlak pada dasarnya semua orang baik dan menginginkan
kebaikan. Masalah sikap karena latar budaya dan pendidikan berbeda yang
menjadikan penerimaan masing-masing orang berbeda. Ini menjadi repot ketika ada
sebuah forum bertajuk muhasabah dimana setiap orang menuliskan kelebihan dan
kekurangan saudara mereka.
Di sebuah kertas yang bernama,
masing-masing orang menuliskan pendapatnya terhadap nama tersebut. Repotnya da
orang yang beranggapan bahwa karakter orang tersebut menarik, namun ada pula
yang mengatakan ia menyebalkan. Sayangnya, banyak orang yang lebih tertusuk
dengan kalimat kritikan bahkan cacian daripada pujian. Meski pada kenyataannya
dari dua puluh orang misalanya ada 18 orang yang mengatakan ia menyenangkan dan
2 lainnya mengatakan ia menyebalkan. Seringkali ia lebih tertusuk dengan
pernyataan yang 2 orang ini. Ini bisa jadi mampu membaurkan 18 pendapat yang
lainnya. Tergantung seberapa kuat mental seseorang menghadapinya.
Sebaliknya, seringkali seseorang
tidak sadar tentang apa yang dikatakan atau dituliskan untuk temannya. Bagaikan
kata peribahasa, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan
tampak.” Sangat mudah kita mengkritik orang lain, namun tidak mudah kita
mengkritik diri sendiri. Tak mampu interospeksi. Banyak orang yang merasa sebal
terhadap orang lain tanpa sadar bahwa dirinya juga sebenarnya menyebalkan bagi
orang sekitarnya. Orang mengatakan tidak ingin merepotkan tanpa sadar bahwa
sebanrnya mungkin justru dia yang tidak ingin direpotkan. Sebenarnya apa yang
kita katakan dan bagaimana kita bersikap terhadap orang lain adalah cerminan
diri kita. Jangan salahkan orang lain kalau kita diperlakukan semena-mena, bisa
jadi kita juga sebelumnya banyak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain.
Jika ingin dihargai, hargai dulu orang lain. Kita tidak perlu menuntut
seseorang menghargai kita kalau kita sudah dengan baik menghargai orang lain.
Mudah-mudahan ini menjadi cambuk
bagi kita. Jangan sampai.. kita jadi lupa terhadap akar diri kita karena
terlalu banyak berpikir tentang ucapan orang lain dan berpikir untuk
mengomentari orang lain.
Terus semangaat!!! Dan
tersenyum.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar