Sabtu, 03 Januari 2015

Hati yang Menjerit



Seringkali seseorang merasa dunianya sempit sehingga ia ingin menjerit. Menjerit sekuat tenaga. Kritik dan saran yang membangun itu boleh saja. Bahkan justru harus dilakukan sebagai evaluasi. Namun ada banyak orang yang tidak tahan kritik sehingga ia down dan depresi. Apalagi jika ini berkaitan dengan karakater yang melekat pada dirinya. Karakater seseorang ada yang bisa diubah dan ada yang tidak bisa diubah. Berkaitan dengan cara bersikap lebihnya.Semua berkenaan dengan proses belajar dan penyesuaian diri. Seringkali diluar, orang tidak memahaminya. Mereka hanya menginginkan sosok dihadapan mereka adalah sosok yang ideal. Ramah, baik, perhatian, profesial, apa yang menguntungkan di mata orang lain tentunya. Padahal jika berkaitan dengan akhlak pada dasarnya semua orang baik dan menginginkan kebaikan. Masalah sikap karena latar budaya dan pendidikan berbeda yang menjadikan penerimaan masing-masing orang berbeda. Ini menjadi repot ketika ada sebuah forum bertajuk muhasabah dimana setiap orang menuliskan kelebihan dan kekurangan saudara mereka.
Di sebuah kertas yang bernama, masing-masing orang menuliskan pendapatnya terhadap nama tersebut. Repotnya da orang yang beranggapan bahwa karakter orang tersebut menarik, namun ada pula yang mengatakan ia menyebalkan. Sayangnya, banyak orang yang lebih tertusuk dengan kalimat kritikan bahkan cacian daripada pujian. Meski pada kenyataannya dari dua puluh orang misalanya ada 18 orang yang mengatakan ia menyenangkan dan 2 lainnya mengatakan ia menyebalkan. Seringkali ia lebih tertusuk dengan pernyataan yang 2 orang ini. Ini bisa jadi mampu membaurkan 18 pendapat yang lainnya. Tergantung seberapa kuat mental seseorang menghadapinya.
Sebaliknya, seringkali seseorang tidak sadar tentang apa yang dikatakan atau dituliskan untuk temannya. Bagaikan kata peribahasa, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.” Sangat mudah kita mengkritik orang lain, namun tidak mudah kita mengkritik diri sendiri. Tak mampu interospeksi. Banyak orang yang merasa sebal terhadap orang lain tanpa sadar bahwa dirinya juga sebenarnya menyebalkan bagi orang sekitarnya. Orang mengatakan tidak ingin merepotkan tanpa sadar bahwa sebanrnya mungkin justru dia yang tidak ingin direpotkan. Sebenarnya apa yang kita katakan dan bagaimana kita bersikap terhadap orang lain adalah cerminan diri kita. Jangan salahkan orang lain kalau kita diperlakukan semena-mena, bisa jadi kita juga sebelumnya banyak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain. Jika ingin dihargai, hargai dulu orang lain. Kita tidak perlu menuntut seseorang menghargai kita kalau kita sudah dengan baik menghargai orang lain.
Mudah-mudahan ini menjadi cambuk bagi kita. Jangan sampai.. kita jadi lupa terhadap akar diri kita karena terlalu banyak berpikir tentang ucapan orang lain dan berpikir untuk mengomentari orang lain.

Terus semangaat!!! Dan tersenyum.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar