Selasa, 05 Januari 2016

Obrolan kamar sebelah – Playgirl atau Giver?

Warna-warni dunia wanita. Tidak hanya bajunya tapi juga segala hal tentangnya. Sampai pemerah bibir saja warna-warni. Sayang saya sedikit tidak nyaman kalau pakai pemerah bibir (Hlah). Bukan pemerah bibir yang akan kita tuliskan kali ini yaa pembaca yang budiman dan budiwoman, tapi ada sisi khusus dari wanita yang seringkali wanita lain iri, bisa jadi menginginkan, tapi juga benci.
Yak, derita orang cantik kalau ternyata banyak yang suka. Derita wanita ramah kalau ternyata banyak yang pedekate dan menyatakan cinta. Yang ditolak sakit hati, yang gebetan orang lain jadi suka sama kita juga tiba-tiba benci sama orang cantik tersebut. Padahal logikanya, bukan salah orang tersebut?
Contoh satu kasus. Kamu sukaa banget sama seorang jajaka (emangnya kamu mojang?). kamu nggak berani mengungkapkan perasaanmu. Kamu hanya cerita ke sahabatmu, yang mungkin hanya mendengar curhatanmu tanpa mampu bikin kamu dan gebetanmu bersatu. Mungkin karena kharisma sahabatmu lebih waah daripada kamu, eeh lhadalah.. lima bulan kemudian jajaka yang kamu taksir suka sama sahabatmu. Dan kamu melihat adegan door to door dengan mata kepalamu sendiri. Ouch.. sakitnya tuh di sini (kata Cita-Citata). Dalam kasus ini apakah sahabatmu salah? Tidak! Dia hanya pada posisi yang tidak tepat. Perasaan orang siapa yang tahu? Perasaan juga tidak bisa dipaksakan.

pada suatu waktu di masa remaja saya menuju masa dewasa yang gemilang, saya menemui beberapa tipe wanita menarik. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh bagian dari wanita menarik. Mulai dari wajah, postur tubuh, gaya bicara, kecerdasan, kelembutan, kebijaksanaan.. terutama wajah. Bagian itu paling menarik (pria) diantara yang lainnya (sejauh obrolan saya dengan ketujuh kakak (laki-laki) kandung saya sih begitu). Ada satu teman saya yang hampir absolut, semua orang menganggapnya cantik. Meski kata orang cantik itu relatif dan semua berkaitan dengan selera. Dia selama 22 tahun hidupnya sudah ditembak oleh 37 laki-laki. (Buseet.. hebat yaa nggak mati-mati). Begitu dia kosong, adaa saja yang nembak. Kalau orangnya oke, ya diterima kalau tidak oke, yaa ditolak. Pacaran paling yaa.. dua bulan-tiga bulan, bosan, putus. Ada lagi yang nembak. Begitu seterusnya. Sampai dia mulai lelah. Belakangan dia menempuh jaur yang biasa dilewati oleh para ukhti, yaitu tidak pacaran sebelum menikah. Ngerrik.. alhamdulillah.. subhanallah..

ada juga nih, adek angkatan saya yang cantik. Tinggi semampai, kulit putih mulus tanpa jerawat. Suka mengaji, tapi agak “jutek”. Dia banyak juga tuh yang naksir. Tepatnya banyak yang godai. Ih.. si iteung cantik bangeet.. mau doong sama iteung.. hah.. ga bisa diitung deeh.. yang bilang kayak gitu ke dia. Responnya, “saya mah mah sudah biasa mbak.. kalau dulu paling saya baper. Tapi sekarang sudah enggak lagi. Yasudah biasa saja. Sudah sering.” Katanya. Wanita tipe ini biasanya hanya sedikit pria yang berani mendekati secara serius, beneran pantang menyerah untuk mendapatkannya. Menerjang semua kecuekan dan kejutekan sang wanita. Yuhuu.. Semangat ya mas.. semoga berhasil.
Ini ada lagi nih.. yang sebenarnya, dia nggak cantik-cantik banget siih.. dari segi wajah. Banyak yang (orang melihat) orang lain lebih cantik darinya. Tapi dia ini istimewa. Dia ceria, supel, dewasa, bisa jadi dia juga punya kepribadian yang aneh.  Yang jelas, dia mampu membuat orang di dekatnya merasa nyaman. Wanita seperti ini biasanya juga banyak (bisa jadi lebih dari satu) yang menyatakan cinta padanya. Bahkan sahabatnya sendiri. Padahal dia sebenarnya bersikap yang sama ke semua orang. Ini orang yang saya temui tidak cuma satu yaa. Ada lebih dari satu orang yang demikian. Baik dari suku Jawa, Sunda, Minang, ada aja yang seperti itu.  Wanita macam ini biasanya tidak suka menolak karena takut menyakiti. Yaa.. terima sajalah.. jalani saja dulu. Begitu nggak cocok, tidak lama kemudian, ada lagi tuh yang mendekati. Dia juga tidak menolak lagi. Karena bagi dia, semua orang itu baik, mereka tidak layak disakiti gaees. Jadi yaa.. tidak ada salahnya diberikan kesempatan. Biasanya dia juga tidak terlalu lama mengalami masa kekosongan. Apakah dia playgirl? Banyak orang menganggapnya demikian. Tapi menurut saya, dia bukan playgirl. Dia itu giver. Kalau playgirl, dia bisa jadi punya banyak pasangan dalam satu waktu. Memberikan harapan pada setiap pria yang mendekatinya secara bersamaan. Kalu tipe ini giver. Dia mungkin tersenyum dengan cara yang sama pada semua orang. Tapi dia setia pada satu pasangan. Baru kalau sudah bubar, emang cepat dapat lagi. Itu mungkin karena dia emang baik kali yaa. Nggak tega menolak, karena itu akan menyakiti.

Yak, itu sedikit dari pandangan saya. Bisa jadi benar, bisa jadi banyak salahnya. Terbuka bagi siapa pun. Mau setuju atau tidak. Syukur-syukur bisa menambahkan.

See you next write..

Senin, 04 Januari 2016

Home sweet home-Rumah Impian-part 2- komponen fisik rumah untuk jomblo

Jika ditanya komponen fisik rumah.. mmm.. sebenarnya sesuai life plan saya dari tahun ke tahun, ada beberapa tipe rumah yang saya inginkan. Ngayal mode on juga siih ini. Ndak papa.. setidaknya saya pernah ngayal. Daripada ngayal aja ndak pernah.. kasihan banget hehe.. becanda.
Jadi, untuk saat ini, karena status saya sebagai mahasiswa dan masih single (yaah.. palingan kalau tahun ini ada yang ngelamar saya juga ndak butuh banyak-banyak ruangan lah yaa J .) ini sepertinya tipe yang cocok.
Dari segi design, design minimalis sederhana nampaknya cocok. Paling tidak terdiri atas dua kamar tidur. Satu untuk saya pribadi dan satu untuk kamar tamu yang ready to be slept. Atau kalau tidak, bisa juga menyekat satu ruangan (ruang tamu misalnya) dengan papan atau kain (kalau terlalu mahal untuk pakai papan). Nah, kalau memang beneran kamarnya cuma satu dan ruangan sempit, kita bisa menyulap ruang tamu jadi tempat tidur dadakan. Misalnya pakai kasur lipat, karpet, selimut yang ditumpuk-tumpuk, atau kalau ada simpanan sleeping bag mungkin lebih baik. Jadi, kalau ada tamu yang menginap bisa nyaman juga tidurnya.
Hmm.. sebenarnya saya tidak terlalu suka ruang tamu bersofa yaa.. karena menurut saya (untuk saat ini, besok mungkin tidak) agak lebih susah membersihkannya. Mesti membersihkan kolong, menggeser-geser. Jadi saya lebih suka ruang tamu dengan model lesehan yang dilengkapi dengan karpet, bantal duduk, dan meja lipat yang mudah dipindahkan untuk menempatkan suguhan seperti air minum dan cemilan. Yaa saya pikir, model seprti ini cukup untuk menampung lebih banyak orang dibanding menggunakan sofa atau kursi. Barangkali nanti teman-teman saya mau berkumpul buat rapat, ngerujak, atau buat halaqoh eeaa. Meski lesehan, saya juga harus tetap menyediakan kursi atau satu sofa unik yang mudah disimpan dan dipindahkan. Buat jaga-jaga kalau nanti tamu saya adalah orang tua yang tidak nyaman duduk di lantai.
Oiya sediakan rak buku yang unik di ruang tamu. Kalau bisa bukunya yang banyak deh.. nanti, di rak paling bawah, buku-buku bergambar dan cerita anak. Kemudian di rak yang lebih tinggi ada buku-buku yang rada mikir buat dibaca orang dewasa. Ruang tamunya harus didesign yang indah dan nyaman. Ada ornamen bunga-bunga (tempelan aja, ga perlu pakai vas, nanti pecah klo ada anak lari-larian). Lalu ada juga papan atau tembok yang sengaja dikotakin untuk papan coret-coret. Kok kesannya banyak ditujukan buat anak-anak ya? Ini bukan karena saya sudah banyak anak (remember rumah ini didesign untuk saya yang masih single), tapi saya senang dengan anak-anak. Saya senang bermain dengan mereka. Berasaa.. jadi anak-anak kembali hehe. Banyaklah pelajaran yang bisa kita ambil dari anak-anak. Nanti saya ceritakan di tulisan yang lain. Di samping itu, saya bungsu dari sepuluh bersaudara. Kakak-kakak saya sudah pada menikah dan punya anak. Jadi yaa.. nanti kalau mereka mampir ke rumah, biar anak-anaknya kerasan gitu. Oiya, jangan lupa siapkan permainan puzzle, lego, plastisin, kertas lipat dan boneka yang tersimpan dalam kotak khusus.
Selesai dengan ruang tamu, beralih ke kamar tidur. Kamar tidur tidak terlalu urgent lah yaa.. yang penting rapi, ada lemari pakaian dan cukup sinar matahari.
Langsung saja ke dapur dan ruang makan (sebenarnya di mana pun juga bisa dijadikan tempat makan). Dapur dalam bayangan saya model pantry. Jadi lebih minimalis. Dengan kompor dan wastafel tempat cuci piring, rak piring yang kecil, dan lemari gantung tempat menaruh tempat makan lain dan bumbu-bumbu yang tidak mudah basi seperti gula, garam, kopi, teh, susu bubuk, margarin dan sebagainya. Untuk bumbu rempah ditempatkan di rak terbuka yang terkena angin jadi tidak mudah busuk. Untuk buah-buahan dan sayuran, saya harap saya juga punya kulkas untuk menyimpan.
Rasanya kurang banget yaa.. kalau tidak ada kamar mandi. Mau mandi di mana? Numpang tetangga? Yaa enggak lah yauw. Kamar mandi yang standar aja, dari segi luas dan komponen. Karena kita mau menghemat air, model kamar mandi pakai shower namun tetap disediakan keran air dan ember  yang mudah dibersihkan dan dipindahkan. Design kloset ergonomis alias kloset jongkok untuk lebih afdholnya membersihkan diri dari najis dan menjaga rasa malu dari malaikat dan dari setan-setan yang mengintip. Cermin tidak di kamar mandi. Tapi di luar, di dekat pintu. Jadi habis mandi, keluar kamar mandi, baca doa, trus bercermin deeh..
Lalu teras atau halaman. Saya ingin ada pohon yang menaungi jadi tidak panas. Lebih asyik lagi kalau ada dahan besar yang bisa dijadian sandaran untuk ayunan. Tanah yang dipenuhi rumput, serta beberapa pot bunga yang mekar. Lalu di paling depan tertera tulisan, “RUMAH BACA MAWAR”. Mengapa mawar? Mawar itu akronim dari Mawaddah WARohmah hehe.. tidak-tidak. Hanya bercanda. sebenarnya suka saja dengan bunga mawar. Tidak lebih.
Yak, sekian sedikit impian saya tentang design rumah ketika single. Semoga Alloh mengijabah tulisan saya... aaamiin.. Ya Alloh...

See you next write.

Home sweet home-Rumah Impian-part 1-Lokasi

Semenjak ultah saya yang ke-22 september lalu (masih muda kan yaa.. J ), entah mengapa saya ingin sekali punya rumah. Saya juga minta dodoakan sama ibu biar bisa punya rumah di tahun 2016. Ibu saya bilang, “ aamiin..” gitu, lalu bertanya, “Emang tabunganmu berapa kok pengen punya rumah?” saya jawab, “Anu.. aku ikut undian belanja mirota buk.. hehe” kontan saja ibu saya tertawa tertahan sedikit lama kemudian lepas karena ndak tahan. Haha.. emang konyol sih saya yaa.. Tapi, saya tetap percaya. Mungkin buat saya mustahil. Masih kuliah, belum lulus, masih butuh duit buat mengerakan skripsi, KKN, masih mengandalkan kiriman orang tua (malu) dan mengandalkan beasiswa, belum kerja pula. Tapi saya selalu ingat bahwa ‘Tidak ada yang mustahil bagi Alloh’. Kalau Alloh sudah berkehendak, “Kun-Jadilah! Maka Jadilah”. Ibu saya juga sering bilang, “minta saja sama Alloh. Gratis kok. Alloh selau mendengar.” Setiap kali saya kumat ngayalnya hehe.
Mungkin saudara pembaca sedikit bertanya,”kenapa sih, saya pengen banget punya tumah? Saya kan masih muda?” nah.. justru karena saya masih muda, saya pengen punya rumah sejak dini. Biar tidak terlalu banyak pertimbangan. Tapi tetap perlu dipertimbangkan juga siih.. tidak sekedar punya rumah saja.
Jadi begini, ketika nanti saya punya rumah, pertimbangan pertama adalah Lokasi. Sejak kecil saya tinggal di kota (meski kotanya Jombang juga ndak kota-kota banget siih..), makanya saya pengeen banget tinggal di desa. Yaa.. desanya pinggiran lah.. biar ndak remote-remote banget. Yang jelas saya pengen punya rumah yang kondisi lingkungannya masih asri dan kehidupan masyarakatnya guyub. Sedikit syarat lokasi biar menunjukkan kalau saya kuliah di Geografi, saya ingin tinggal di daerah dengan morfologi bergelombang sampai datar pada bentuk lahan vulkanik atau vulkanik tua (yang sudah lama tidak meletus). Tipe akuifer pasiran yang menandakan air tanah yang melimpah. Untuk saat ini yang saya lirik adalah Sleman. Yaa.. kali aa ternyata suami saya nanti dosen UGM. Kan tidak terlalu jauh dari kampus. (ngayal mode on.. J ). Mengapa bukan saya saja yang jadi dosen UGM? Ooh.. itu tidak mungkin saudara-saudara. Pertama, IP saya jelek. Banyak yang jauh lebih baik daripada saya. Kedua, saya tidak terlalu dekat dengan dosen yang mungkin bisa merekomendasikan saya jadi dosen. Ketiga, ini yang paling penting. Saya tidak ingin jadi dosen. Saya ingin jadi ibunya anak-anak saja. Alias punya sekolah sendiri, ngajarin anak paud, Tk, sampe SD. Yang besar-besar biar dididik bapaknya sajalah yaa (Ssopo kuwi? Haa embuh).
Okay. Kembali lagi pada lokasi. Kalau tidak di daerah vulkanis, saya ingin tinggal di daerah intervolcano basin. Apa itu? Daerah datar yang dikelilingi oleh gunung api. Contohnya Jombang, kampung halaman saya. Nah.. sudah tahu kan, sebenarnya saya pengen tinggal di mana? Kalau tidak di Jombang yaa di Sleman. Mengapa daerah intervolcano basin yang saya pilih? Jadi daerah intervolacano basin itu masih dipengaruhi sama aktivitas gunung apai meski tidak secara langsung. Kalau tak jelasin panjang nanti. Saya juga ndak terlalu pinter. Yang jelas daerah tersebut pasti kaya air. Tidak gampang kekeringan. Dangkal saja ngebornya, langsung deh nyumber. Cuma yaa itu, hati-hati kalau nggali kubur hehe. Di samping itu, daerah ini pasti jadi lumbung pangan. Tanaman pangan kayata padi, jagung, ketela, kentang, gampang tumbuh di sini. Insya Allah kalau tinggal di sini tidak kekurangan bahan pangan. Mudah didapat. (Cuma masalahnya punya duit atau enggak).
Khayalan saya lagi nih, nanti kalau sudah tua, sudah pensiun, saya pengen bertani. Bertani sayur dan buah. Juga merawat bunga. Kan enak, kalau tempatnya seperti itu.
Okay. Cukup untuk saat ini tentang lokasi. Yak.. karena dosen saya sudah datang, saya pun harus mengakhirinya. Lain kali kita sambung.

Menunggu dosen di pagi hari


Persiapan menyambut tamu yang menginap dadakan

Cuaca yang tidak terduga, transportasi umum yang tidak selalu ada, atau kekhawatiran tentang keamanan seringkali membuat kita terpaksa menginap dadakan. Jika posisi kita sebagai seseorang yang bertamu, yaa mestinya kita sudah persiapan. Paling tidak bawa sikat gigi dan daleman. Terutama buat yang wanita. Beberapa waktu lalu saya kejadian musti menginap dadakan. Tidak bawa baju ganti, daleman, sikat gigi.. Yaa.. memang rencana tidak menginap siih.. berangkat pagi pulang sore gitu. Tepatnya di rumah kakak saya yang baru saja punya dedek bayi. Tidak terduga, si dedek bayi muntah di pakaian saya, kontan saja saya mesti tinggal dan mencuci pakaian saya. Meski sore hari pakaian saya sudah kering, kakak saya melarang saya pulang. Menginap saja di rumahnya. Inilah istimewanya kakak ipar saya (kakak saya mungkin tidak mikir hehe.. maklum laki-laki). Kakak ipar saya menanyakan segala hal, seperti bawa daleman, bawa sikat gigi atau tidak. Kemudian Mbak Winda, nama kakak ipar saya, menunjukkan tempat-tempat ia menaruh barang-barang tersebut. Masih baru tentunya. Waktu sudah malam, saatnya saya bersiap untuk tidur. Setelah membersihkan diri di kamar mandi, saya menuju kamar yang sudah ditunjuk kakak saya. Di sana sudah disiapkan kasur dengan seprai yang baru. Kipas angin karena cuaca sedang panas-panasnya. Dan sebuah baju yang nyaman untuk tidur. Hmm.. sya masih single. Belum punya rumah sendiri. Saya belajar banyak hal dari sini.
Tamu, meskipun dia saudara kita yang paling dekat sekalipun, ia tetap adalah tamu. Maka harus kita jamu sebaik-baiknya. Salah satu tanda orang beriman juga menghormati tamu. Karena itu, mulai sekarang, karena saya masih ngekost, saya ingin menjamu tamu dengan sebaik-baiknya.
Hal-hal yang berlu dipersiapkan adalah.
1.       Kamar yang selalu rapi. (tidak hanya buat tamu, tapi juga buat pribadi)
2.       Kasur yang bersih dan rapi dan seprai yang diganti secara berkala.
3.       Beberapa sikat gigi baru.
4.       Beberapa celana dalam baru.
5.       Baju tidur yang nyaman dan bersih siap pakai. Bisa kaos, daster, celana babydoll..
6.       Air minum yang selalu tersedia.
7.       Makanan-bisa dibeli atau dimasak ketika dibutuhkan.
Kalau nanti sudah berkeluarga, punya rumah sendiri, ada yang perlu ditambahkan.
1.       Kamar tamu. Kalau ada ruangan alhamdulillah.. kalau tidak ada, bisa kita persiapkan ruangan yang bisa disekat sebagai tempat tidur. Terutama jika yang menginap tamu wanita yang mesti tidur dalam ruangan tertutup.
2.       Kalau tamu wanita persiapannya kurang lebih sama seperti yang sudah saya tulis ketika saya masih di kost.
3.       Kalau tamu pria perlu disiapkan juga daleman pria (biar bapaknya yang beli) dan sarung atau training mungkin cukup untuk baju tidur.
4.       Bahan makanan.

Yak kurang lebih demikian. Nanti kalau ada masukan lagi mungkin bisa saya tambahkan. Oiya, jangan lupa, selalu pasang waah senyum yang ramah. Semoga kita dapat menjamu tamu dengan sebaik-baiknya.. :)

“Mengobati” Indonesia untuk Indonesia Lebih Maju

Adjie masaid
Awan hitam menutupi dunia hiburan Indonesia. Seluruh media masa geger memuat halaman utama kematian aktor Adjie Masaid. Dijemput maut selepas bermain futsal, bagi kebanyakan orang, adalah adalah hal yang kontradiktif. Karena olahraga disandingkan dengan gaya hidup sehat, jauh dari penyakit, dan berumur panjang. Juah dari logika publik, jika seorang pegiat olahraga menemui ajal di lapangan hijau. Akan tetapi, Adjie masaid bukanlah kali pertama artis yang mendadak mati usai berolahraga, benyamin sueb, basuki dan artis-artis lainnya lebih dahulu meninggal seusai bermain bola. Tentu, beragam cerita pernah didapati disekitar kita seusai aktivitas kemudian meninggal, atau meninggal tanpa aktivitas dan tanpa gejala apapun. Tentu saja kesimpulan ini bukanlah ingin menyalahi Takdir yang sudah ditetapkan oleh tuhan, akan tetapi inilah gambaran sesungguhnya bahwa fenomena di atas adalah gambaran dari sudden death. Kematian tiba-tiba karena penyakit kardiovaskuler yang tidak terdeteksi. Fenomena seperti ni merupakan salah satu potret bangsa ini saat ini. Indonesia sedang di bom oleh negara adidaya melalui sedentary life style. Hidup modern ala instan. Atau fenomena dimana saat ini banyak pria yang gemar nge-gym tapi tetap sering sakit, mudah lelah, dan tidak bugar. Hidup modern ala instan.
Malnutrisi
“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Lagu yang indah, indonesia yang makmur dan subur. Tapi faktanya, kelaparan masih  melanda Indonesia. Kemiskinan adalah cerminan masyarakat yang belum tertuntaskan. Indonesia sedang mengalami bencana malnutrisi. Seperti hal yang mustahil. Bagaimana bisa negara agraris tetapi harus memasok kebutuhan dari negara lain. Ibarat orang asing di negeri sendiri. Seperti tamu yang masuk ke rumah sendiri dan hanya boleh masuk tanpa harus ikut campur mengutak-atik segala urusan yang ada di dalam rumah. Seperti itulah gambaran negeri ini. Banyak aset, banyak kekayaan melimpah, akan tetapi aset itu milik orang asing, kekayaan itu kini mengalir ke negeri sebelah. Salah satu dampaknya adalah negeri yang tropis subur makmur ini, masih harus mengimpor bahan pokok sehari-hari. Dan fenomena yang terjadi adalah double burn malnutrition. Perlu diketahui bahwa malnutrisi bukanlah hanya kekurangan gizi saja yang di asosiasikan dengan kemiskinan, akan tetapi nutrisi yang berlebihan dan obesitas. Dikatakan double burn karena fenomena ini tidak hanya mengena pada masyarakat kelas bawah saja, akan tetapi juga kelas atas. Atas bawah kena. semua menjadi korban. Apa yang digelisahkan dari malnutrsi? Bagi si miskin, mahalnya barang pokok sehari-hari, karena ketidakmampuan dalam negeri memenuhi pangan, membuat gizi tidak tercukupi. Makan ala kadarnya, yang penting kenyang, atau lebih sering tidak makan. Hal ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan bayi. Karena 1000 hari sejak diciptakan, dimulai sejak masa kandungan hingga pasca dilahirkan, adalah masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pemenuhan nutrisi. Inilah yang disebut masa pertumbuhan emas. Guru besar kedokteran UGM, Hadi dkk meneliti bahwa orang-orang yang nutrisinya tidak tercukupi pada 1000 hari pertama kehidupan, maka akan menimbulkan pertumbuhan yang lambat, baik dari segi fisik, kognitif, mengelola emosi dan sosial serta mental dan fungsi-fungsi eksekutif. Indonesia saat ini menjadi negara pemyumbang orang pendek terbesar kelima seluruh dunia. Pertumbuhan yang lambat karena kekurangan gizi dipegang indonesia sebesar 37%. Artinya jika ada 3 orang berjalan dengan usia yang sama, maka satu diantaranya bertubuh kecil. Pertumbuhan kognitif yang lambat adalah bomerang. Bagaimana mungkin bangsa ini maju, jika sumber daya yang ada tidak mampu berpikir cerdas. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah keterbelakangan mental. Kesehatan mental adalah cerminan jiwa yang sehat, berkhalak baik dan berprilaku santun. Hadi dkk dalam penelitiannya tahun 2013 sungguh mencengangkan bahwa orang-orang yang kecilnya tidak mendapat asupan nutrisi yang  cukup, maka setelah tua dan dewasa akan mudah terkena penyakit-penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes dan stroke.
Tetapi sayangnya, bagaimana memikirkan nutrisi jika untuk menghidupkan tungku-tungku rumah saja mereka tidak mampu. Jika si balita selalu diberi makan mie instan setiap hari. Untuk menjaga kesehatan, olahraga sangat diwajibkan. Tetapi, bagaimana orang mau bermain bola, jika lahan saja sudah tidak ada dan sekarang harus bayar pula setiap jamnya. Bagaimana orang bisa berolahraga jika si pejalan kaki selalu kalah dengan motor. Jika trotoar kini menjadi lapak para pedagang bahkan dijadikan lahan parkir dan jalan untuk si motor. Bagaimana bisa bersepeda jika ulah si motor selalu egois selip sana selip sini dan tidak peduli si pejalan hendak menyebrang. Untuk bernapas saja kami masih harus diracuni asap rokok dimanapun, angkot, bus kota bahkan mushola dan tempat-tempat umum lainnya. Saat ini banyak masyarakat kita yang berperilaku konsumif. Mengabaikan kesehatan demi kenikmatan sesaat. Tidak bisa disalahkan jika setiap waktu masyarakat kita dibanjiri iklan-iklan akan nikmatnya segala hal yang serba instan. Disaat makanan siap saji tidak bernutrisi dan hanya mendatangkan rugi membanjiri jalan-jalan kota dan pusat perbelanjaan. Si rokok mulai diperhitungkan kehadirannya meskipun belum ada regulasi untuk si “siap saji’. Padahal makanan ini adalah silent killer penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit degeneratif.
Penyakit-peyakit degeneratif tersebut tidak hanya menyerang kalangan tua saja, tapi kini usia muda bahkan segala jenis usia bisa terkena. Kategori penyakit yang sangat mahal, sangt sulit untuk bisa kembali normal dan harus mengidap hingga seumur hidup. Bisa dibayangkan, berapa angka yang harus dikeluarkan negara untuk membiayai rakyatnya dengan penyakit-penyakit mahal ini. Bagaimana kualitas bangsa jika rakyatnya yang banyak ini justru tidak mampu berproduksi dan bekerja. Akan banyak keluarga yang terlantar dan anak-anak muda yang tidak bisa berkarya. Maka, masalah pangan bukanlah masalah hari ini saja karena tidak mampu terpenuhinya kebutuhan. Akan tetapi, masalah jangka panjang bahkan kemajuan bangsa.
Sedentary Life
Bagi kaum menengah ke atas, kesibukan membuat dunia ingin serba cepat. Segala fasilitas dipenuhi untuk memanjakan  hajat hidup setiap manusia. Bahkan alasan kesibukan, membuat gaya hidup instan menjadi sebuah trend. Maraknya makanan berkolesterol tinggi, makanan siap saji semakin disukai. Harga yang mahal tidak khawatir demi sebuah harga diri. Tidak sedikit juga yang murah. Bandingkan menjamurnya makanan siap saji yang ada di pinggir jalan. Banyak zat-zat sampah yang tidak dibutuhkan tubuh dan bahkan berbahaya bagi tubuh dinikmati oleh pecinta gaya hidup instan. lemak transfat, natrium yang tinggi, pemanis buatan, menyebabkan melonjaknya angka penderita diabetes mellitus, kardiovaskuler dan stroke. inilah dampak panjang yang dihadapi dari krisisnya pangan.
Selain pangan, air bersih adalah faktor penting dalam menjamin keberlangsungan kehidupan manusia. Sayangnya, banyak mata air yang kita miliki, akan tetapi sejatinya dikuasai oleh pihak asing. Mahalnya harga air bersih, yakni setengah dari harga bensin membuat banyak masyarakat mengkonsumsi air tidak layak minum. Air yang sudah tercemar limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan sampah. padahal air adalah sumber utama pencemaran penyakit infeksi.
Mahalnya ongkos sakit
Banyak orang mengabaikan kesehatan. Masalah kesehatan ibarat masalah belakangan. Bahkan orang seringkali kalap ketika sehat, semua makanan yang enak di lidah masuk ke dalam mulut tapi enggan untuk olahraga. Masalah yang dianggap cuek oleh sebagian orang, tetapi saat sakitnya datang barulah mulai terasa penderitaanya. Mulai menyadari adanya masalah yang datang. Ibarat bisul di pantat yang menunggu waktu pecah, tidak terlihat tapi susah untuk duduk, terasa hangat namun perih bahkan tidak enak untuk tidur. Disaat sakit, masyarakat kita harus mengeluarkan uang sendiri untuk membayar pengobatan. Sistem ini disebut pembayaran “out of pocket”. Dari laporan World Health Organization tahun 2006 70% masyarakat Indonesia masih bergantung pada tradisi sistem Out of Pocket, dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem pembayaran prabayar/asuransi (WHO: 2009).
Tidak ada yang salah dengan sistem ini memang, selama si sakit sanggup membayar untuk biayanya, dan dokter mau jujur juga berkompeten untuk memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien. Namun kenyataannya tidak selalu seperti itu, sering sekali pihak pasien, yang dalam hal ini adalah pihak yang kurang tahu tentang permasalahannya sendiri, tidak tahu sakitnya apa, bagaimana pengobatannya, butuh biaya berapa dan sebagainya. Sehingga pengeluaran menjadi membengak. Beda dokter beda diagnosa, beda pula obatnya. Lempar sana lempar sini menjadikan pasien sebagai pihak yang dirugikan.  Ánehnya lagi, dari seluruh uang yang dia  keluarkan, seluruh rumah sakit yang ia kunjungi, ia tidak pernah tahu apa diagnosa yang ditegakkan untuknya. Terhitung 2014, ada biaya gratis bagi si miskin melalui BPJS. Sudah menjadi tradisi dalam sistem kesehatan kita banyak warga yang menjelma dirinya miskin saat membutuhkan pelayanan kesehatan, padahal sehari-harinya mereka memiliki barang mewah di rumah bahkan ada yang mampu memiliki motor bahkan mobil tetapi mengaku dirinya miskin saat berobat ke RS.
Tidak sedikit masyarakat kita awalnya cukup mampu untuk menghidupi diri dan keluarganya dari pekerjaan serabutan, akhirnya jatuh sakit dan menjadi miskin karena seluruh hartanya habis untuk biaya berobat. Sakitnya kemudian tidak kunjung sembuh, malah bertambah parah, utang disana sini, tidak bisa bekerja, dan terus sengsara. Jika si miskin sakit itu artinya semua keluarga sakit. Satu keluarga menunggu pasien sakit di rumah sakit. Keluarga pun ikutan ‘sakit’ ekonominya dan kehidupannya. Sudah jatuh tetimpa tangga, tangganya pun rusak padahal milik tetangga. Dan harus mengganti rugi pula.
Perilaku ini sudah menjadi tradisi. Bagaimana jika sistem pra bayar kesehatan dalam hal ini BPJS yang menggratiskan kesehatan saat sakit mulai diberlakukan secara total. Bukan hal yang tidak mungkin masyarakat kita menganggap remeh perkara sakit dan terlena dengan kesehatan jika usaha-usaha preventif dan kesadaran akan kesehatan tidak digalakkan oleh pemerintah.
Dokter malpraktik
Masyarakat dengan mudah sekali menyalahkan dokter atau pihak rumah sakit jika mereka tidka puas dengan jasanya. Tidak bisa disalahkan dan dibenarkan sepenuhnya. Tapi tidak ingatkah bahwa kita adalah manusia dan jumlah sarana prsarana memiliki keterbatasan. Di inggris, setiap pasien berhak mendapat pelayanan dokter minimal 15 menit. Saat ini dokter puskesmas bahkan melakukan pemeriksaan hanya sekitar lima menit atau kurang. Apakah ini kesalahan dokter? Tidak juga karena pasien lain sudah mengantre bahkan membludak. Sangat jauh dari kata ideal. Ditambah lagi dengan sistem BPJS dimana jika ada orang sakit wajib berkunjung ke puskesmas sebagai pelayanan primer. Tentu menambah membludaknya angka kunjungan pasien ke puskesmas. Sarana boleh ditingkatkan tetapi sumber daya manusianya tetap segitu. Tidak dipungkiri masih butuh banyak dokter yang merata persebarannya di negeri ini. Tapi kita lihat betapa masyarakat saat ini sudah sangat hati-hati dengan dokter. Salah sedikit menuntut. Setiap tahun fakultas kedokteran di Indoensia melahirkan ribuan dokter-dokter baru. Akan tetapi, 35% dari mahasiswa kedokteran tersebut belum lulus mengkuti ujian kompetensi dokter Indonesia. Mengapa banyak dokter yang tidak kompeten?. Karena ternyata akreditasi untuk kedokteran hanya ada 32 dari 72 fakultas kedokteran yang terakreditasi di atas standar. Masih ada 40 FK yang terkareditasi C (di bawah standar) dan ironisnya ada 8 FK yang belum terakreditasi (BAN-PT, Kemdiknas). Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat, tetapi jumlah dokter cenderung tetap setiap tahunnya. Jika pemerintah mau meningkatkan kesehtaan Indonesia. Ini adalah poin penting dimana pendidikan dokter juga sangat perlu dipikirkan untuk melahirkan lulusan dokter yang profesional.
mental sakit orang Indonesia
 Perilaku konsumtif dan merasa miskin kini menjadi watak masyarakat kita. Berapa banyak masyarkat kita yang sehari-harinya bergelimang harta tetapi mengaku miskin seketika saat sakit. Padahal masih banyak masyarakat yang benar-benar miskin tetapi belum mendapat bantuan. Masyarakat tidak menyadari bahwa sebenarnya kesehatan kini dalam hidup serba keterbatasan, semua dibatasi. Ingin sedikit berkualitas tetapi pemerintah tidak menanggung. Sistem jaminan memang membuat biaya kesehatan murah tetapi jadi murahan pada akhirnya jika tidak ada persiapan matang dan sumber daya yang belum siap. Mudahnya akses untuk mendapatkan kesehatan ternyata tidak sejalan dengan naluri seorang dokter. Betapa para tenaga medis ini ternyata harus ekstra berhemat untuk melayani pasien. harga satu penyakit sudah dipatok, bagaimana jika pasien mengalami keluhan lain dan membutuhkan obat yang berbeda jika biaya dari pemerintah ternyata tidak mencukupi. Aturan yang berlaku, pasien tidak boleh melakukan kunjungan dua kali dalam sehari kepada dokter spesialis. Bagaimana dengan pasien yang memiliki komplikasi penyakit dan membutuhkan konsultasi spesialis lain. Butuh waktu dua hari untuk berkonsultasi. Tentu memakan biaya, waktu dan tenaga yang dua kali lipat bagi sang pasien yang tergolek sakit. Masih banyak obat yang tidak ditanggung atau peralatan-peralatan untuk bedah yang disediakan hanya kualitas pas-pasan.  Karena dana yang dicakup tidak memenuhi sesuai kaidah kedokteran pada umumnya. Kejadian nyata pasien pasca operasi RS. Dr. Soetomo 2014, pasien harus dilakukan operasi, tetapi biaya dari pemerintah sangat pas-pasan. Alhasil sang dokter harus berhemat benang jahit agar tidak melebihi biaya yang seharusnya. Pasca operasi pasien harus menanggung rasa sakit karena obat analgesik atau obat penghilang rasa nyeri saja tidak dijamin oleh pemerintah saat itu. Belum lagi administrasi yang rumit. Pasien yang harus segera dioperasi harus menunggu adminitrasi online yang terkadang servernya lambat. Apakah ini tanggung jawab dokter untuk menunggu adminitrasi. Dan jika terlambat penanganan apakah ini juga salah dokter. Tetapi pasien hanya bisa menuntut dokter. Terlebih di kabinet yang akan datang akan memberlakukan pidana bagi pihak yang menolak pasien. saya sangat setuju. Pasal 32 dan Pasal 190 UU Kesehatan mengatur, RS atau tenaga kesehatan yang menolak melayani pasien dipidana penjara maksimal dua tahun dan denda paling banyak Rp 200 juta. Jika penolakan itu menyebabkan kematian pasien, maka RS atau tenaga kesehatan dipidana penjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak Rp 1 miliar. Akan tetapi, tidak semua rumah sakit ikut serta dalam program pemerintah. Berapa banyak kerugian yang harus rumah sakit tanggung karena dana dari pemerintah tidak menutupi? Bahkan ada beberapa rumah sakit yang biaya operasionalnya belum dibayar oleh pemeirntah. Karena Pasien tidak boleh ditolak. Tetapi apa dikata jika jumlah kasur sudah tidak tesedia bahkan lorong-lorong penuh dengan pasien dan keluarganya.
Belum lagi beban perawat dan dokter yang harus ekstra tenaga melyananinya. Jumlah pasien membludak, tetapi tenaga medis tetap jumlahnya. Semua ingin segera dilayani. Tanggung jawabnya semakin bertambah tapi dokter masih saja terus disalahkan atau dianggap sebelah mata. Jika pasien tidak mendapatkan pelayanan yang diinginkan. Siapa yang disalahakan? Dokter dan pihak rumah sakit. Sebenarnya dunia kesehatan kita masih menganut ketidakadilan. Adanya sistem kelas atau membedakan qualitas pelayanan berdasarkan kesanggupan untuk membayar yang masih diberlakukan di setiap rumah sakit sampai saat ini. Sesunggguhnya ini sangat bertentangan dengan hak asasi manusia karena Seharusnya setiap orang yang sakit mendapat layanan yang sama, tidak dibedakan. Tetapi nyatanya da pembagian kelas-kelas dalam peraturannya. Si kaya bisa mendapatkan pelayanan kelas mewah dengan  tempat tidur yang tenang, bersih, perawat yang siaga karena punya banyak uang dan si miskin dapet seadanya.
Saat ini pemerintah baru mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar tiga persen (Rp 46,459 triliun) dari total anggaran belanja pemerintah (Rp 1.249,943 triliun). Dan ternyata anggaran ini kalah dengan negara-negara berkategori penghasilan rendah di Afrika, seperti Rwanda, Tanzania, dan Liberia, yang berani mengalokasikan dana untuk sektor kesehatan hingga 15% dari APBN-nya. WHO sendiri mematok alokasi anggaran kesehatan setiap negara minimal 15% dari total APBN.  UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sudah tegas mengamanatkan bahwa minimal alokasi anggaran kesehatan 5% dari APBN (WHO, 2010). Inilah salah satu upaya janji kabinet jokowi mendatang dengan meningkatkan anggaran kesehatan menjadi lima persen sehingga akan membutuhkan penambahan anggaran sebanyak Rp 40 triliun. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Dalam kontek ini tidak ada yang salah, karena sistem ini kita sendiri yang membuatnya. Yang salah adalah ketika kita tidak mau merubahnya kearah yang lebih baik.
Masyarakat sadar kesehatan
Permasalahan demografi yang mungkin akan melanda seperti bonus demografi pada Indonesia tentunya akan muncul, terutama masalah kesehatan yang telah disebutkan. Penyakit degenerative tentunya akan banyak muncul bahkan melanda kaum muda. Untuk itu di dunia yang serba gadget ini, olahraga dan gaya hidup sehat harus menjadi trend anak muda. Anak muda yang hiudpnya suka dipamerkan, maka pamerkanlah gaya hidup sehat. Lingkungan kita harus turut mendukung gaya hidup sehat, misal pemilihan duta sehat anak muda, lomba sehat, dan terutama untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, maka pembuatan iklan-iklan yang mengajak pada kesehatan tubuh dan kesehatan lingkungan harus lebih digalakkan. Pemerintah dapat turun serta untuk menggulangi masalah kesehatan dengan e-government, edukasi dengan online, serta memanfaatkan kreativitas anak muda dalam membuat aplikasi edukatif seperti meme comic, dan sebagainya. Iklan rumah sehat, permainan sehat, lingkungan sehat juga bisa jadi merupakan kampanye efektif dalam mengantisipasi perubahan pola kesehatan masyarakat akibat perubahan struktur demografi Indonesia.
Pemerintah pro kesehatan
Peran pemerintah adalah tokoh utama dalam penerapan kebijakan tentang kesehatan. Pemerintah dalam posisi legal berwenang dalam menentukan kebijakan mengenai kesehatan terutama kesehatan lingkungan. Kampanye mengenai gaya hidup tentunya akan lebih efektif dan memiliki legal khusu bila hala ini didukung sepenuhnya oleh pemerintah terutama dalam fungsi penerapan standar kesehatan dan fungsi anggaran. Pembatasan barang impor yang mungkin akan merusak kesehatan juga dapat terkondisikan dengan baik apabila pemerintah secara tegas mentukan batasan dan standar, serta audit barang yang masuk untuk dikonsumsi penduduk Indonesia.
Indonesia baru saja melakukan penggantian pemain-pemain senayan untuk menempati singgasana. Hanya menunggu pembuktian apakah mereka sosok negarawan seperti yang diucapkan atau politisi yang berlindung di balik kosmetik pencitraan. Indonesia hari ini mengalami krisis negarawan diantara berkilaunya politisi instan. Pemimpin politisi menyelesaikan masalah bangsa ini berorientasi jangka pendek, mempertimbangkan keuntungan untuk para pemilik modal dan kelompoknya, khususnya partai ketimbang masyarakat. Plato pernah mengingatkan kita, masalah suatu negara tidak akan pernah berdamai dengan masyarakatnya hingga kekuasaan politik ada pada negarawan sejati. Meskipun kita masih memiliki sosok seorang tokoh yang memiliki jiwa negarawan, namun sistem politik hari ini belum berpihak sepenuhnya dengan mereka. Sampai kapan pun republik  ini tetap akan terperangkap dalam lingkaran masalah yang tiada berujung, sepanjang partai politik di negara ini masih gagal meng­hasilkan negarawan sejati untuk memimpin. Perbedaan mendasar antara negarawan dengan politisi adalah jika negarawan hidup untuk negara, maka politisi negara untuk hidupnya. Janji sudah terlanjur diucapkan. Entah dengan atau tanpa perhitungan. Jangan lagi rakyat yang harus menanggung penderitaan. Lantaran janji yang akan diabaikan. Jika benar begitu apa bedanya kepemimpinan dengan pengkhianatan?
 Para wakil rakyat ini bak supir bus kota yang kita pilih untuk membawa kita ke arah yang kita tuju. Setiap penumpang pasti ingin mencapai tujuan yang diinginkan dengan kondisi selamat dan ongkos yang semestinya sehingga menjadi hak kita untuk menegur sang supir supaya memilih jalan yang lebih bijak.

Kesehatan melalui Kemandirian pangan, air, dan lingkungan adalah hal pokok yang harus diselesaikan untuk kebutuhan mendatang. Jika kemandirian pangan, air, dan lingkungan dapat terwujud, maka bukan hanya menyelesaikan permasalahan hari ini akan tetapi juga membangun kekuatan dan kemajuan bangsa di masa yang akan datang.

_lomba Essai Bonus Demografi_

Semua Bisa Jadi Pahlawan -Pahlawan Negeri, Pahlawan Bumi

Pengertian pahlawan dalam arti sempit adalah siapa saja yang menjadi pembela kepentingan seseorang itulah dia, terlepas bentuk kepentingan apa saja, tidak perlu lihat halal haram lagi (Muadz, 2014). Bagi seorang yang sedang sakau maka pahlawan bagi mereka adalah para pemasok dan pengedar narkoba. Bagi seorang pemabuk, maka boss yang mentraktir minuman itulah yang jadi pahlawan. Bagi orang-orang miskin maka orang semodel Robin Hood itu juga bisa manjadi pahlawan. Bagi para mucikari/germo, juga pengusaha diskotik, maka para pem-backing  yang biasanya terdiri dari aparat itu sebagai pahlawan.  Seorang pemuda yang menampung uneg-uneg seorang gadis ketika terjadi masalah keluarga, sehingga sang gadis bertambah dendam terhadap orang tuanya dan semakin sejuk dengan sang pemuda, itu bisa dianggap pahlawan bagi si gadis (lihat status-status di BBM.
Ukuran berjasa, membantu dan menolong menurut kepentingan perorangan, kelompok, suku, sampai pada bangsa dan negara, bisa dipastikan akan menemukan hasil yang relatif. Sehingga harus ada standar yang universal. Sementara standar universal itu biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Lagi-lagi jika pendangan kemanusiaan itu menurut pribadi, kelompok dan golongan pasti akan berbeda lagi. Sehingga tidak akan pernah menemukan kebenaran yang hakiki dalam memandang nilai kemanusiaan.
 “Pahlawan” menurut Bahasa adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata “pahlawan” berasal dari bahasa Sanskerta “phala”, yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, semua orang dapat menjadi pahlawan asalkan dia berguna bagi manusia lainnya. Sebagimana agama yang saya yakini yaitu Islam, Islam mengajarkan kita untuk bermanfaat bagi sesama. Bahkan dalam firmannya disebutkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam beberpa kisah inspiratif, bahkan orang cacata sekalipun dapat bermanfaat bagi yang lainnya. Bob Willen, seorang yang cacat tidak memiliki kaki namun mampu menyelesaikan lari marathon demi untuk memberikan charity bagi yang lainnya. Keinginan  Bob Willen untuk menolong orang lain melalui jalur militer harus kandas karena menginjak ranjau pada saat bertugas di koflik Vietnam. Hal tersebut berimbas pada kehitangan kedua kaki hingga ke pangkal paha. Hal tersebut tidak menjadikan Bob patah semangat. Ia justru semakin besar hatinya. Keinginannya untuk membantu orang lain tidak pernah surut.      
Orang cacat saja punya naluri kepahlawanan. Bagaimana dengan kita? Harusnya sebagai makhluk sosial naluri kepahlawanan itu ada. Pengusaha yang paling kapitalis sekalipun masih memeberikan charity untuk lembaga sosial. Terlepas dari tujuan pakah untuk mengurangi pajak atau karena memang berkeinginan untuk kemanusiaan.
Masing- masing orang meiliki kemampuan untuk bermanfaat bagi yang lainnya. Terlepas dari apapun pekerjaan atau perannya. Serorang petani dapat menjadi pahklawan dengan pasokan pangan dan sayuran yang dihasilkan. Seorang intelektual atau akademisi seharusnya mampu memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitarnya dengan ilmu yang dimiliki. Seorang musisi dapat menjadi pahlawan dengan mengibur orang-orang sengan lagu dan music yang diciptakan atau dilantunkan.             
Pahlawan bukan untuk dikagumi, tapi diteladani (Matta, 2004). Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar

 
dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya kita menyebut para pahlawan itu orang-orang besar. Itu pula sebabnya mengapa kita dengan sukarela menyimpan dan memelihara rasa kagum kepada para pahlawan. Manusia berhutang budi kepada para pahlawan mereka. Dan kekaguman adalah sebagian dari cara mereka membalas utang budi.
Mungkin,  karena  itu  pula  para  pahlawan  selalu muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk mem- bawa beban yang tak dipikul oleh manusia manusia di zamannya. Mereka bukanlah kiriman gratis dari langit. Akan tetapi, sejarah kepahlawanan mulai dicatat ketika naluri kepahlawanan mereka merespon tantangan- tantangan kehidupan yang berat. Ada tantangan dan ada jawaban. Dan hasil dari respon itu adalah lahirnya pekerjaan-pekerjaan besar.
 Isu yang paling in saat ini adalah isu lingkungan. Semakin lama bumi ini semakin padat penduduk. Tantangan bonus demografi Indonesia, baby booming, krisis pangan, krisis tempat tinggal, krisis sumber daya dan sumber daya air menjadi masalah yang tak dapat dipisahkan dari pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Pakar-pakar lingkungan semakin dibutuhkan.  Tidak hanya akademisi yang mampu berpikir dan membuat planning, tapi juga praktisi yang mempu mengusahakan berkelanjutan lingkungan untuk anak cucu kita nanti. Meminjam perkataan Buya Hamka bahwa kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, tapi meminjam dari anak cucu kita.
Pahlawan lingkungan semakin dibutuhkan. Bagaimana mengatasi perubahan iklim yang kini sudah mulai terjadi dan mengatasi berbagai krisi lainnya di dalammya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kita tinggal di bumi. Maka kita tidak punya alasan untuk tidak peduli pada bumi kita. Dunia internasioanal sudah mulai resah dengan keadaan bumi ini. Untuk itu ditetapkanlah Sustainable development Goals yang ditetapkan pada konferensi Rio.
Salah satu hasil utama dari Rio + 20 Konferensi adalah perjanjian oleh negara-negara anggota untuk memulai proses untuk mengembangkan satu set Development Goals Berkelanjutan (SDGs), yang akan membangun di atas Millenium Development Goals dan menyatu dengan agenda pembangunan pasca 2015. Pada konferensi ini ditetapkan bahwa "Proses inklusif dan transparan antar pemerintah terbuka untuk semua pemangku kepentingan, dengan maksud untuk mengembangkan tujuan pembangunan berkelanjutan global yang akan disepakati oleh Majelis Umum".
Adapun Tujuan dari SDGs antara lain,
Tujuan 1 Menuntaskan kemiskinan dalam segala bentuknya di mana-mana
Tujuan 2 Menuntaskan masalah kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan
Tujuan 3 Memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua pada segala usia
Tujuan 4. Pastikan kualitas pendidikan inklusif dan adil dan mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua
Tujuan 5 Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 6 Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari air dan sanitasi untuk semua
Tujuan 7 Memastikan akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern untuk semua
Tujuan 8 Promosikan berkelanjutan, pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan ekonomi, pekerjaan penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua
Tujuan 9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan dan mendorong inovasi
Tujuan 10 Mengurangi ketidaksetaraan dalam dan di antara negara-negara
Tujuan 11. Membuat kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
Tujuan 12. Pastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Tujuan 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya *

Sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang akan berakhir masa berlakunya, proses pembentukan  goals lanjutan pasca-2015 dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih tepat sasaran. Untuk periode 15 tahun kedepan, Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan menjadi alat utama untuk mencapai keberlanjutan di seluruh dunia melalui menangani dan menggabungkan tiga pilar pembangunan berkelanjutan keterkaitan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dan mereka.
Untuk mendukung pengembangan SDGs, tiga ringkasan kebijakan baru telah dikembangkan oleh UNU Institute untuk Studi Lanjutan Keberlanjutan (UNU-IAS), Proyek Post2015 dan Proyek Pemerintahan Sistem Bumi. Ringkasan kebijakan ini bertujuan untuk menyediakan Kelompok Kerja Terbuka (OWG) untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan wawasan tentang bagaimana merumuskan terbaik dan menerapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Catatan Kebijakan # 1, 'Earth Sistem Tantangan dan Pendekatan Multi-berlapis untuk Development Goals Berkelanjutan' berpendapat untuk pentingnya menyadari bahwa mencapai keberlanjutan tidak hanya membutuhkan memerangi kemiskinan dan lain ancaman terhadap kesejahteraan manusia, tetapi juga konsumsi yang berlebihan dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan dalam masyarakat kaya. Ini menunjukkan pendekatan multi-layered dengan SDG target dibingkai dalam istilah global tetapi juga disesuaikan dengan konteks sub-global ketika diperlukan.
Catatan Kebijakan # 2, 'Menghubungkan Pendidikan dan Air di Development Goals Berkelanjutan' adalah sebuah aplikasi Kebijakan Brief # 1, di mana ia berpendapat bahwa pendidikan sangat terkait kemajuan potensial pada tantangan keberlanjutan yang berhubungan dengan air.
Catatan Kebijakan # 3, "Mengintegrasikan Governance ke dalam Sustainable Development Goals ', mengambil tempat Policy Brief # 1, menggali lebih dalam pertanyaan tentang bagaimana mengintegrasikan bukan hanya pemerintahan, tetapi semua aspek itu: baik, efektif dan tata kelola yang adil . Membuat tujuan yang berdiri sendiri pada tata kelola berpendapat untuk memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengambil semua tiga aspek pemerintahan ke rekening, tetapi juga risiko bahwa upaya untuk mencapai 'baik' governance menaungi dua lainnya. Mengintegrasikan pemerintahan ke semua SDGs-isu tertentu sebaliknya, memberikan skenario terbalik; mungkin membuka ruang bagi terciptanya target baik disesuaikan yang memajukan aspek-aspek tertentu dari pemerintahan, namun kemajuan tersebut akan kurang lengkap.
Catatan Kebijakan # 1 dan # 3 batang dari Lokakarya Internasional tentang Pemerintahan dan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan. Lokakarya ini dihadiri ulama dan praktisi internasional dengan keahlian pada tata kelola lingkungan global untuk membahas pertanyaan-pertanyaan kunci yang berkaitan dengan tata kelola, dan untuk, agenda pembangunan pasca-2015.
Catatan kebijakan secara resmi dirilis pada forum kebijakan: 'Governance', 'Pendidikan' dan Arsitektur dari Development Goals Berkelanjutan, diselenggarakan 22 Mei 2014, di New York dan co-diselenggarakan oleh UNU-IAS dan Proyek POST2015 (diselenggarakan oleh Tokyo Institute of Technology). Upaya ini telah unik dalam fokus pada tata kelola dan untuk SDGs, dan memberikan wawasan penting dan kompleks dengan pertanyaan apa, dan bagaimana untuk melanjutkan.
Rumusan tersebut merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh petinggi petinggi negara di dunia karena keresahan dan kehawatiran terhadap keberlanjutan bangsa ini. Sebagai generasi muda yang nanti akan memikul tampuk tanggungjawab, apa kita harus diam saja? Tentu tidak. Langkah konkret yang harus dilakukan adalah take action. Tidak hanya demo sana-sini membuat kerusuhan, mengkrtisi pemerintahan, namun dirinya tidak mampu memberi soslusi. Omong kosong. Lebih baik kita simpan saja energy kita untuk memikirkan dan emnciptakan sesuatu yang berguna untuk bangsa ini.
Seorang pahalawan tidak pernah memikirkan dirinya kan muncul dalam sejarah atau tidak. Tapi seorang pemimpin muncuyl karena tuntutan keterbatasan dan ketertidasan. Seorang pemimpin muncul sebgai solusi permasalahan. Membawa pencerahan bagi sesama. Begitu pula untuk bumi yang harus kita jaga dan kita lestarikan.
Sebagai penutup saya akan menuliskan satu bait puisi karya Chairil Anwar
Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Pusi tersebut mengandung arti bawa meski kita sudah berjuang berdarah-darah, perjuangan kita belum selesai. Masih banyak tugas yang harus kita selsesaikan dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini, karena kewajiban kita lebih besar dari kemampuan yang kita miliki.
Teruslah semangat pemimpin muda!
Miliki naluri pahlawan dalam hati!
Jadilah pahlawan untuk negeri dan untuk bumi pertiwi!

Referensi :
Indonesia National Workshop On Sustainable Development Goals, 2014, Kementerian Koordinator Bidang kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
Matta, Anis. 2004. Mencari Pahlawan Indonesia. The Tarbawi Center
Muadz, Abdullah. 7 november 2014 http://depoklik.com/opini-siapa-pahlawan-siapa-penjahat/ 30 november 2014 jam 13.00


November 2014- latepost