Senin, 04 Januari 2016

Semua Bisa Jadi Pahlawan -Pahlawan Negeri, Pahlawan Bumi

Pengertian pahlawan dalam arti sempit adalah siapa saja yang menjadi pembela kepentingan seseorang itulah dia, terlepas bentuk kepentingan apa saja, tidak perlu lihat halal haram lagi (Muadz, 2014). Bagi seorang yang sedang sakau maka pahlawan bagi mereka adalah para pemasok dan pengedar narkoba. Bagi seorang pemabuk, maka boss yang mentraktir minuman itulah yang jadi pahlawan. Bagi orang-orang miskin maka orang semodel Robin Hood itu juga bisa manjadi pahlawan. Bagi para mucikari/germo, juga pengusaha diskotik, maka para pem-backing  yang biasanya terdiri dari aparat itu sebagai pahlawan.  Seorang pemuda yang menampung uneg-uneg seorang gadis ketika terjadi masalah keluarga, sehingga sang gadis bertambah dendam terhadap orang tuanya dan semakin sejuk dengan sang pemuda, itu bisa dianggap pahlawan bagi si gadis (lihat status-status di BBM.
Ukuran berjasa, membantu dan menolong menurut kepentingan perorangan, kelompok, suku, sampai pada bangsa dan negara, bisa dipastikan akan menemukan hasil yang relatif. Sehingga harus ada standar yang universal. Sementara standar universal itu biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Lagi-lagi jika pendangan kemanusiaan itu menurut pribadi, kelompok dan golongan pasti akan berbeda lagi. Sehingga tidak akan pernah menemukan kebenaran yang hakiki dalam memandang nilai kemanusiaan.
 “Pahlawan” menurut Bahasa adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata “pahlawan” berasal dari bahasa Sanskerta “phala”, yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, semua orang dapat menjadi pahlawan asalkan dia berguna bagi manusia lainnya. Sebagimana agama yang saya yakini yaitu Islam, Islam mengajarkan kita untuk bermanfaat bagi sesama. Bahkan dalam firmannya disebutkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam beberpa kisah inspiratif, bahkan orang cacata sekalipun dapat bermanfaat bagi yang lainnya. Bob Willen, seorang yang cacat tidak memiliki kaki namun mampu menyelesaikan lari marathon demi untuk memberikan charity bagi yang lainnya. Keinginan  Bob Willen untuk menolong orang lain melalui jalur militer harus kandas karena menginjak ranjau pada saat bertugas di koflik Vietnam. Hal tersebut berimbas pada kehitangan kedua kaki hingga ke pangkal paha. Hal tersebut tidak menjadikan Bob patah semangat. Ia justru semakin besar hatinya. Keinginannya untuk membantu orang lain tidak pernah surut.      
Orang cacat saja punya naluri kepahlawanan. Bagaimana dengan kita? Harusnya sebagai makhluk sosial naluri kepahlawanan itu ada. Pengusaha yang paling kapitalis sekalipun masih memeberikan charity untuk lembaga sosial. Terlepas dari tujuan pakah untuk mengurangi pajak atau karena memang berkeinginan untuk kemanusiaan.
Masing- masing orang meiliki kemampuan untuk bermanfaat bagi yang lainnya. Terlepas dari apapun pekerjaan atau perannya. Serorang petani dapat menjadi pahklawan dengan pasokan pangan dan sayuran yang dihasilkan. Seorang intelektual atau akademisi seharusnya mampu memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitarnya dengan ilmu yang dimiliki. Seorang musisi dapat menjadi pahlawan dengan mengibur orang-orang sengan lagu dan music yang diciptakan atau dilantunkan.             
Pahlawan bukan untuk dikagumi, tapi diteladani (Matta, 2004). Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar

 
dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya kita menyebut para pahlawan itu orang-orang besar. Itu pula sebabnya mengapa kita dengan sukarela menyimpan dan memelihara rasa kagum kepada para pahlawan. Manusia berhutang budi kepada para pahlawan mereka. Dan kekaguman adalah sebagian dari cara mereka membalas utang budi.
Mungkin,  karena  itu  pula  para  pahlawan  selalu muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk mem- bawa beban yang tak dipikul oleh manusia manusia di zamannya. Mereka bukanlah kiriman gratis dari langit. Akan tetapi, sejarah kepahlawanan mulai dicatat ketika naluri kepahlawanan mereka merespon tantangan- tantangan kehidupan yang berat. Ada tantangan dan ada jawaban. Dan hasil dari respon itu adalah lahirnya pekerjaan-pekerjaan besar.
 Isu yang paling in saat ini adalah isu lingkungan. Semakin lama bumi ini semakin padat penduduk. Tantangan bonus demografi Indonesia, baby booming, krisis pangan, krisis tempat tinggal, krisis sumber daya dan sumber daya air menjadi masalah yang tak dapat dipisahkan dari pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Pakar-pakar lingkungan semakin dibutuhkan.  Tidak hanya akademisi yang mampu berpikir dan membuat planning, tapi juga praktisi yang mempu mengusahakan berkelanjutan lingkungan untuk anak cucu kita nanti. Meminjam perkataan Buya Hamka bahwa kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, tapi meminjam dari anak cucu kita.
Pahlawan lingkungan semakin dibutuhkan. Bagaimana mengatasi perubahan iklim yang kini sudah mulai terjadi dan mengatasi berbagai krisi lainnya di dalammya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kita tinggal di bumi. Maka kita tidak punya alasan untuk tidak peduli pada bumi kita. Dunia internasioanal sudah mulai resah dengan keadaan bumi ini. Untuk itu ditetapkanlah Sustainable development Goals yang ditetapkan pada konferensi Rio.
Salah satu hasil utama dari Rio + 20 Konferensi adalah perjanjian oleh negara-negara anggota untuk memulai proses untuk mengembangkan satu set Development Goals Berkelanjutan (SDGs), yang akan membangun di atas Millenium Development Goals dan menyatu dengan agenda pembangunan pasca 2015. Pada konferensi ini ditetapkan bahwa "Proses inklusif dan transparan antar pemerintah terbuka untuk semua pemangku kepentingan, dengan maksud untuk mengembangkan tujuan pembangunan berkelanjutan global yang akan disepakati oleh Majelis Umum".
Adapun Tujuan dari SDGs antara lain,
Tujuan 1 Menuntaskan kemiskinan dalam segala bentuknya di mana-mana
Tujuan 2 Menuntaskan masalah kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan
Tujuan 3 Memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua pada segala usia
Tujuan 4. Pastikan kualitas pendidikan inklusif dan adil dan mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua
Tujuan 5 Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 6 Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari air dan sanitasi untuk semua
Tujuan 7 Memastikan akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern untuk semua
Tujuan 8 Promosikan berkelanjutan, pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan ekonomi, pekerjaan penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua
Tujuan 9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan dan mendorong inovasi
Tujuan 10 Mengurangi ketidaksetaraan dalam dan di antara negara-negara
Tujuan 11. Membuat kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
Tujuan 12. Pastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Tujuan 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya *

Sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang akan berakhir masa berlakunya, proses pembentukan  goals lanjutan pasca-2015 dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih tepat sasaran. Untuk periode 15 tahun kedepan, Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan menjadi alat utama untuk mencapai keberlanjutan di seluruh dunia melalui menangani dan menggabungkan tiga pilar pembangunan berkelanjutan keterkaitan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dan mereka.
Untuk mendukung pengembangan SDGs, tiga ringkasan kebijakan baru telah dikembangkan oleh UNU Institute untuk Studi Lanjutan Keberlanjutan (UNU-IAS), Proyek Post2015 dan Proyek Pemerintahan Sistem Bumi. Ringkasan kebijakan ini bertujuan untuk menyediakan Kelompok Kerja Terbuka (OWG) untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan wawasan tentang bagaimana merumuskan terbaik dan menerapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Catatan Kebijakan # 1, 'Earth Sistem Tantangan dan Pendekatan Multi-berlapis untuk Development Goals Berkelanjutan' berpendapat untuk pentingnya menyadari bahwa mencapai keberlanjutan tidak hanya membutuhkan memerangi kemiskinan dan lain ancaman terhadap kesejahteraan manusia, tetapi juga konsumsi yang berlebihan dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan dalam masyarakat kaya. Ini menunjukkan pendekatan multi-layered dengan SDG target dibingkai dalam istilah global tetapi juga disesuaikan dengan konteks sub-global ketika diperlukan.
Catatan Kebijakan # 2, 'Menghubungkan Pendidikan dan Air di Development Goals Berkelanjutan' adalah sebuah aplikasi Kebijakan Brief # 1, di mana ia berpendapat bahwa pendidikan sangat terkait kemajuan potensial pada tantangan keberlanjutan yang berhubungan dengan air.
Catatan Kebijakan # 3, "Mengintegrasikan Governance ke dalam Sustainable Development Goals ', mengambil tempat Policy Brief # 1, menggali lebih dalam pertanyaan tentang bagaimana mengintegrasikan bukan hanya pemerintahan, tetapi semua aspek itu: baik, efektif dan tata kelola yang adil . Membuat tujuan yang berdiri sendiri pada tata kelola berpendapat untuk memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengambil semua tiga aspek pemerintahan ke rekening, tetapi juga risiko bahwa upaya untuk mencapai 'baik' governance menaungi dua lainnya. Mengintegrasikan pemerintahan ke semua SDGs-isu tertentu sebaliknya, memberikan skenario terbalik; mungkin membuka ruang bagi terciptanya target baik disesuaikan yang memajukan aspek-aspek tertentu dari pemerintahan, namun kemajuan tersebut akan kurang lengkap.
Catatan Kebijakan # 1 dan # 3 batang dari Lokakarya Internasional tentang Pemerintahan dan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan. Lokakarya ini dihadiri ulama dan praktisi internasional dengan keahlian pada tata kelola lingkungan global untuk membahas pertanyaan-pertanyaan kunci yang berkaitan dengan tata kelola, dan untuk, agenda pembangunan pasca-2015.
Catatan kebijakan secara resmi dirilis pada forum kebijakan: 'Governance', 'Pendidikan' dan Arsitektur dari Development Goals Berkelanjutan, diselenggarakan 22 Mei 2014, di New York dan co-diselenggarakan oleh UNU-IAS dan Proyek POST2015 (diselenggarakan oleh Tokyo Institute of Technology). Upaya ini telah unik dalam fokus pada tata kelola dan untuk SDGs, dan memberikan wawasan penting dan kompleks dengan pertanyaan apa, dan bagaimana untuk melanjutkan.
Rumusan tersebut merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh petinggi petinggi negara di dunia karena keresahan dan kehawatiran terhadap keberlanjutan bangsa ini. Sebagai generasi muda yang nanti akan memikul tampuk tanggungjawab, apa kita harus diam saja? Tentu tidak. Langkah konkret yang harus dilakukan adalah take action. Tidak hanya demo sana-sini membuat kerusuhan, mengkrtisi pemerintahan, namun dirinya tidak mampu memberi soslusi. Omong kosong. Lebih baik kita simpan saja energy kita untuk memikirkan dan emnciptakan sesuatu yang berguna untuk bangsa ini.
Seorang pahalawan tidak pernah memikirkan dirinya kan muncul dalam sejarah atau tidak. Tapi seorang pemimpin muncuyl karena tuntutan keterbatasan dan ketertidasan. Seorang pemimpin muncul sebgai solusi permasalahan. Membawa pencerahan bagi sesama. Begitu pula untuk bumi yang harus kita jaga dan kita lestarikan.
Sebagai penutup saya akan menuliskan satu bait puisi karya Chairil Anwar
Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Pusi tersebut mengandung arti bawa meski kita sudah berjuang berdarah-darah, perjuangan kita belum selesai. Masih banyak tugas yang harus kita selsesaikan dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini, karena kewajiban kita lebih besar dari kemampuan yang kita miliki.
Teruslah semangat pemimpin muda!
Miliki naluri pahlawan dalam hati!
Jadilah pahlawan untuk negeri dan untuk bumi pertiwi!

Referensi :
Indonesia National Workshop On Sustainable Development Goals, 2014, Kementerian Koordinator Bidang kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
Matta, Anis. 2004. Mencari Pahlawan Indonesia. The Tarbawi Center
Muadz, Abdullah. 7 november 2014 http://depoklik.com/opini-siapa-pahlawan-siapa-penjahat/ 30 november 2014 jam 13.00


November 2014- latepost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar