Senin, 04 Januari 2016

Home sweet home-Rumah Impian-part 1-Lokasi

Semenjak ultah saya yang ke-22 september lalu (masih muda kan yaa.. J ), entah mengapa saya ingin sekali punya rumah. Saya juga minta dodoakan sama ibu biar bisa punya rumah di tahun 2016. Ibu saya bilang, “ aamiin..” gitu, lalu bertanya, “Emang tabunganmu berapa kok pengen punya rumah?” saya jawab, “Anu.. aku ikut undian belanja mirota buk.. hehe” kontan saja ibu saya tertawa tertahan sedikit lama kemudian lepas karena ndak tahan. Haha.. emang konyol sih saya yaa.. Tapi, saya tetap percaya. Mungkin buat saya mustahil. Masih kuliah, belum lulus, masih butuh duit buat mengerakan skripsi, KKN, masih mengandalkan kiriman orang tua (malu) dan mengandalkan beasiswa, belum kerja pula. Tapi saya selalu ingat bahwa ‘Tidak ada yang mustahil bagi Alloh’. Kalau Alloh sudah berkehendak, “Kun-Jadilah! Maka Jadilah”. Ibu saya juga sering bilang, “minta saja sama Alloh. Gratis kok. Alloh selau mendengar.” Setiap kali saya kumat ngayalnya hehe.
Mungkin saudara pembaca sedikit bertanya,”kenapa sih, saya pengen banget punya tumah? Saya kan masih muda?” nah.. justru karena saya masih muda, saya pengen punya rumah sejak dini. Biar tidak terlalu banyak pertimbangan. Tapi tetap perlu dipertimbangkan juga siih.. tidak sekedar punya rumah saja.
Jadi begini, ketika nanti saya punya rumah, pertimbangan pertama adalah Lokasi. Sejak kecil saya tinggal di kota (meski kotanya Jombang juga ndak kota-kota banget siih..), makanya saya pengeen banget tinggal di desa. Yaa.. desanya pinggiran lah.. biar ndak remote-remote banget. Yang jelas saya pengen punya rumah yang kondisi lingkungannya masih asri dan kehidupan masyarakatnya guyub. Sedikit syarat lokasi biar menunjukkan kalau saya kuliah di Geografi, saya ingin tinggal di daerah dengan morfologi bergelombang sampai datar pada bentuk lahan vulkanik atau vulkanik tua (yang sudah lama tidak meletus). Tipe akuifer pasiran yang menandakan air tanah yang melimpah. Untuk saat ini yang saya lirik adalah Sleman. Yaa.. kali aa ternyata suami saya nanti dosen UGM. Kan tidak terlalu jauh dari kampus. (ngayal mode on.. J ). Mengapa bukan saya saja yang jadi dosen UGM? Ooh.. itu tidak mungkin saudara-saudara. Pertama, IP saya jelek. Banyak yang jauh lebih baik daripada saya. Kedua, saya tidak terlalu dekat dengan dosen yang mungkin bisa merekomendasikan saya jadi dosen. Ketiga, ini yang paling penting. Saya tidak ingin jadi dosen. Saya ingin jadi ibunya anak-anak saja. Alias punya sekolah sendiri, ngajarin anak paud, Tk, sampe SD. Yang besar-besar biar dididik bapaknya sajalah yaa (Ssopo kuwi? Haa embuh).
Okay. Kembali lagi pada lokasi. Kalau tidak di daerah vulkanis, saya ingin tinggal di daerah intervolcano basin. Apa itu? Daerah datar yang dikelilingi oleh gunung api. Contohnya Jombang, kampung halaman saya. Nah.. sudah tahu kan, sebenarnya saya pengen tinggal di mana? Kalau tidak di Jombang yaa di Sleman. Mengapa daerah intervolcano basin yang saya pilih? Jadi daerah intervolacano basin itu masih dipengaruhi sama aktivitas gunung apai meski tidak secara langsung. Kalau tak jelasin panjang nanti. Saya juga ndak terlalu pinter. Yang jelas daerah tersebut pasti kaya air. Tidak gampang kekeringan. Dangkal saja ngebornya, langsung deh nyumber. Cuma yaa itu, hati-hati kalau nggali kubur hehe. Di samping itu, daerah ini pasti jadi lumbung pangan. Tanaman pangan kayata padi, jagung, ketela, kentang, gampang tumbuh di sini. Insya Allah kalau tinggal di sini tidak kekurangan bahan pangan. Mudah didapat. (Cuma masalahnya punya duit atau enggak).
Khayalan saya lagi nih, nanti kalau sudah tua, sudah pensiun, saya pengen bertani. Bertani sayur dan buah. Juga merawat bunga. Kan enak, kalau tempatnya seperti itu.
Okay. Cukup untuk saat ini tentang lokasi. Yak.. karena dosen saya sudah datang, saya pun harus mengakhirinya. Lain kali kita sambung.

Menunggu dosen di pagi hari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar