Sore yang cerah di kampung
halamanku, Desa Sengon, Jombang.
Sore ini tiba-tiba saja punya
hasrat untuk menuliskan ini setelah sekian lama menunda. Well, sebenarnya ini
permintaan teman saya yang (katanya) peduli dengan adik-adik mahasiswa
baru Geografi J.
Okey, berbicara tentang mahasiswa Geografi. Sebenarnya apa sih yang unik dari
mahasiswa geografi itu sendiri? Kata bapak-ibu dosen yaa.. mahasiswa Geografi
itu cara berpikirnya spasial atau menyeluruh gitu. Gimana ya model berpikir
spasial itu? Nanti dah.. dijelaskan di kuliah. Panjang kalau dijelaskan di blog
ini J.
Well, spesifik ke “mahasiswi” atau mahasiswa jenis kelamin perempuan di
Geografi. Sebelum kita berbicara tentang karakter mahasiswi Geografi, kita
bicara tentang sejarah terlebih dahulu. Ceritanya, dulu Geografi sama seperti
teknik, yakni didominasi oleh laki-laki. Jumlah mahasiswi sangat sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah mahasiswa. Hanya 5 tahun terakhir, populasi
perempuan di Geografi meningkat lebih dari 50% dari seluruh jumlah mahasiswa
keseluruhan. Di tahun angkatan saya saja (2012), populasi perempuan mencapai
68%. Dua banding satu dibandingkan populasi laki-laki. Nah, ceritanya nih para
dosen khawatir “waah.. bisa tidak yaa mahasiswi-mahasiswi ini bertahan dengan
konsekuensi kualitas Geografi sendiri tidak menurun?” Makanya ada karakter
khusus yang harus dimiliki mahasiswi Geografi itu sendiri.
Pertama, mahasiswi Geografi itu
harus tangguh, tidak boleh manja. For your information, Geografi itu banyak
kegiatan lapangannya, baik praktikum lapangan maupun kuliah kerja lapangan. Belum
lagi ditambah survey, pengukuran, dan lainnya. Lha kalau kita manja, aleman,
suka menggantungkan diri ke orang lain, waah.. harus diubah tuh. Tidak
selamanya kita kerja bareng sama laki-laki. Tidak jarang alat yang harus kita
bawa berukuran besar dan berat. Belum lagi bentuk medannya. Iya kalau medannya
itu enak dan datar. Kalau tidak? Yaah.. seperti yang saya tulis kalau geografi
itu cara berpikir dan cara kerjanya spasial, menyeluruh. Medan yang akan kita
lalui juga dari yang datar, terjal, sampai curam banget.
Kedua, mahasiswi Geografi itu
harus kuat, tidak boleh gampang sakit. Geografi itu banyak praktikumnya. Kalau kita
absen kuliah, kalau tidak banyak absennya (ada minimal jumlah presensi cuy..)
paling konsekuensi tidak dapat materi, tapi kalau tidak datang praktikum..
sudah kelinggalan, harus inhal, bayar pula inhalnya. Bayarnya tidak murah di
Geografi. Sekali inhal bayarnya 50.000 rupiah. Tinggal dikalikan saja berapa
kali kita tidak masuk. Karena itu, kita harus kuat dan sehat. Rajin olahraga,
minimal senam ringan tiap pagi atau kalau bisa jogging satu minggu dua kali. Ini
juga menjaga porsi tubuh kita juga loh. Kebanyakan mahasiswa mengalami obesitas
ringan atau bahasa halusnya berat badan bertambah dan bentuk tubuh tak indah
ketika masih dalam masa kuliah. Ini juga disebabkan kurang olahraga. Satu lagi kelebihan olahraga teratur adalah kita tidak mudah
mengantuk dan tidak mudah capek ketika kuliah. Olahraga itu gratis kok,
kesehatan itu sangat mahal harganya, makanya harus dijaga.
Ketiga, kemampuan berkomunikasi
yang baik. Geografi itu tidak semata-mata mempelajari aspek fisik, tetapi juga
mempelajari aspek manusia seperti sosial, ekonomi, dan kependudukan. Meskipun fokus
kajian yang kita pilih adalah aspek fisik, kita juga butuh kemampuan komunikasi
untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Lantas, buat yang dasarnya pendiam
atau pemalu bagaimana? Jangan khawatir.. ini bisa dilatih kok. Asal kita rajin
saja melatihnya. Bisa dimulai dari ikut organisasi, kepanitiaan, atau sekedar
membiasakan srawung yang intens
dengan tetangga kiri-kanan.
Penjelasan diatas mungkin sedikit
menimbulkan kesan bahwa mahasiswi Geografi harus tomboy yaa. Ah.. tidak juga.
Mahasiswi geografi itu memang harus kuat secara fisiknya. Tapi jangan dilupakan
bahwa kita tetap wanita dengan segala kelembutannya. Hal ini tetap harus kita
miliki. Saya sendiri juga muslimah dengan kewajiban harus menutup aurat seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Saya terbiasa memakai rok di segala
kesempatan dan selalu memakai kaus kaki, karena kaki kita juga adalah aurat. Mungkin
kita berfikir, ah.. ribet, yang akhirnya melonggarkan aturan agama untuk
kemudahan kita. Aturan agama memang tidak menyulitkan kita, tapi bukanlah
sebuah alasan bagi kita untuk mempermudah diri dengan mengurang-kurangkan
aturan. Penampilan muslimah saya, dengan rok dan lainnya, tidak meyulitkan saya
untuk belajar di Geografi. Saya berhasil melaui empat semester dengan banyak
kegiatan lapangan tanpa kendala. Masih aman dan selamat. Bahkan saya berhasil
menaklukkan puncak Lawu, Merbabu, dan Mahameru. Untuk itu, jangan kwawatir akan
berubah tidak anggun alias kelaki-lakian kalau sudah kuliah di Geografi, kita
tetap bisa anggun dan sukses belajar di Geografi sekaligus J.
Semua ini sedikit sharing tentang
karakter mahasiwi Geografi versi saya. Belajar di Geografi itu menyenangkan.
Meski sering jalan yang kita lalui tidak mudah, sering jenuh dengan banyaknya
laporan dan tugas. Kita masih dapat tersenyum bahagia.
Selalu tersenyum dan
Semangaaaat!!!!
Menjelang takbir
berkumandang,
28-07-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar