Selasa, 15 Desember 2015

Petani, KUR (Kredit Usaha Rakyat), dan Koperasi

Siang itu saya sengaja mampir ke sawah menemui beberapa petani yang sedang beristirahat untuk uji kuesioner. Selain wawancara dengan kuesioner yang telah disediakan, saya memanfaatkan kesempatan untuk menggali lebih lanjut tentang petani dan seluk-beluknya. Mulai dari pola tanam, keuntungan atau kerugian, falsafah hidup petani (nantkan kuceritakan lebih lanjut di cerita berikutnya), dan yang paling penting tentang pinjaman dan kredit.
Kalian tahu bahwa sekarang ada program pemerintah yang namanya Kredit Usaha Rakyat yang disepanjang cerita ini akan disebut KUR. KUR ini dikelola oleh pemerintah yang diwakili oleh Bank Umum BRI. Yaa.. BRI (Bank Rakyat Indonesia) sedianya memang dibangun untuk rakyat kecil dengan model tabungan SIMPEDES sehingga program pemerintah guna meningkatkan produktivitas petani ini memang sangat cocok jika dikelola oleh BRI. Namun tahukah kamu pada awal 2015 lalu BRI telah dijual? 87% saham BRI telah dikuasai oleh asing. Saya belum menggali lebih lanjut tentang KUR ini karena minimnya literasi. Hanya yang sedikit saya temukan memalui software pencari google bahwa pemerintah memberikan bonus sebesar 22% atas KUR ini kepada BRI sedangkan yang diberikan kepada petani hanya 6%. Kemudian kemana 16%nya? Yaa.. ini adalah keuntungan BRI yang sudah dikuasai asing ini. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang pintar di pemerintahan sana. Semoga mereka tidak memiliki niat buruk terhadap bangsanya sendiri.
Kemudian apa hubungannya dengan koperasi? Koperasi adalah soko guru perekonomian bangsa Indonesia. Yang sistemnya you know lah.. dari oleh dan untuk anggota. Termasuk di sini adalah koperasi petani yang diakomodasi oleh KUD (Koperasi Unit Desa). Koperasi di sini utamanya untuk menghimpun hasil usah petani, mengelola dan menjual, memeberikan kredit dan pinjaman kemudian membagikan hasil usaha. Sistem ini yang dinilai sangat sustain untuk perekonomian bangsa Indonesia. Namun seiring dengan adanya KUR, petani jadi sangat sedikit yang melaporkan, menyimpan atau menjual hasil panennya di koperasi.
 Adanya KUR  dengan anggunan mudah dan cepat tentunya sangat menguntungkan bagi petani, kata bapak PS responden saya waktu itu. Proposal cepat acc dan uang cepat turun. Tidak berat ngangsurnya. Petani jadi lebih produktif. Gampang dapat pupuk dan mudah dari segi pengairan. Respon tersebut menunjukkan bahwa KUR memang tepat untuk meningkatkan produktivitas petani.

Dilema Koperasi, KUR yang menguntungkan petani serta KUR yang dikelola oleh BRI yang dikuasai asing menjadi mata rantai yang tak terpisahkan. Saya bukanlah ahli ekonomi maupun ahli pertanian. Hanya menemukan hal lain yang menarik dari sekedar survei. Yaa.. saya memang perlu menggali lebih lanjut soal ini. Sebagai seorang akademisi tidak seharusnya saya menutup mata dari pengetahuan saya yang bukan bidang saya bukan? Meskipun saya tidak ahli benar dalam bidang tersebut, setidaknya saya mampu menghubungkan antara fakta-fakta dan keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar