Siang itu saya sengaja mampir ke
sawah menemui beberapa petani yang sedang beristirahat untuk uji kuesioner.
Selain wawancara dengan kuesioner yang telah disediakan, saya memanfaatkan
kesempatan untuk menggali lebih lanjut tentang petani dan seluk-beluknya. Mulai
dari pola tanam, keuntungan atau kerugian, falsafah hidup petani (nantkan
kuceritakan lebih lanjut di cerita berikutnya), dan yang paling penting tentang
pinjaman dan kredit.
Kalian tahu bahwa sekarang ada
program pemerintah yang namanya Kredit Usaha Rakyat yang disepanjang cerita ini
akan disebut KUR. KUR ini dikelola oleh pemerintah yang diwakili oleh Bank Umum
BRI. Yaa.. BRI (Bank Rakyat Indonesia) sedianya memang dibangun untuk rakyat
kecil dengan model tabungan SIMPEDES sehingga program pemerintah guna
meningkatkan produktivitas petani ini memang sangat cocok jika dikelola oleh
BRI. Namun tahukah kamu pada awal 2015 lalu BRI telah dijual? 87% saham BRI
telah dikuasai oleh asing. Saya belum menggali lebih lanjut tentang KUR ini
karena minimnya literasi. Hanya yang sedikit saya temukan memalui software
pencari google bahwa pemerintah memberikan bonus sebesar 22% atas KUR ini
kepada BRI sedangkan yang diberikan kepada petani hanya 6%. Kemudian kemana
16%nya? Yaa.. ini adalah keuntungan BRI yang sudah dikuasai asing ini. Saya
tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang pintar di pemerintahan sana.
Semoga mereka tidak memiliki niat buruk terhadap bangsanya sendiri.
Kemudian apa hubungannya dengan
koperasi? Koperasi adalah soko guru perekonomian bangsa Indonesia. Yang
sistemnya you know lah.. dari oleh dan untuk anggota. Termasuk di sini adalah
koperasi petani yang diakomodasi oleh KUD (Koperasi Unit Desa). Koperasi di
sini utamanya untuk menghimpun hasil usah petani, mengelola dan menjual,
memeberikan kredit dan pinjaman kemudian membagikan hasil usaha. Sistem ini
yang dinilai sangat sustain untuk perekonomian bangsa Indonesia. Namun seiring
dengan adanya KUR, petani jadi sangat sedikit yang melaporkan, menyimpan atau
menjual hasil panennya di koperasi.
Adanya KUR
dengan anggunan mudah dan cepat tentunya sangat menguntungkan bagi
petani, kata bapak PS responden saya waktu itu. Proposal cepat acc dan uang
cepat turun. Tidak berat ngangsurnya. Petani jadi lebih produktif. Gampang
dapat pupuk dan mudah dari segi pengairan. Respon tersebut menunjukkan bahwa
KUR memang tepat untuk meningkatkan produktivitas petani.
Dilema Koperasi, KUR yang
menguntungkan petani serta KUR yang dikelola oleh BRI yang dikuasai asing
menjadi mata rantai yang tak terpisahkan. Saya bukanlah ahli ekonomi maupun
ahli pertanian. Hanya menemukan hal lain yang menarik dari sekedar survei.
Yaa.. saya memang perlu menggali lebih lanjut soal ini. Sebagai seorang
akademisi tidak seharusnya saya menutup mata dari pengetahuan saya yang bukan
bidang saya bukan? Meskipun saya tidak ahli benar dalam bidang tersebut,
setidaknya saya mampu menghubungkan antara fakta-fakta dan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar